Monday 23 November 2009

Pakan Ikan

Ketersediaan makanan dalam budidaya ikan secara intensif merupakan kebutuhan pokok. Kebutuhan pakan harus dipenuhi dari luar kolam, yaitu berupa makanan buatan yang dikenal dengan istilah pakan ikan atau pellet ikan.

Pakan ikan sebaiknya mengandung beberapa zat gizi yang diperlukan, antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein merupakan unsure yang paling pentiang dalam penyusunan formulasi pakan karena usaha budidaya adalah a). sebagai zat pembangaun, pengganti jarinan yang rusak, maupun bereproduksi, b). sebagai zat pengatur yang berperan dalam pembentukan enzim dan hormone (penjaga dan pengatur berbagai proses metabolism di dalam tubuh ikan), c). sebagai zat pembakar karena unsure karbin yang terkandung didalamnya dapat difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi oleh karbihidrat dan lemak. Pada umumnya ikan membutuhkan makanan yang kadar proteinnya berkisar antara 20-60%.


Lemak berfungsi sebagai sumber energi dan memebantu penyerapan mineral tertentu serta vitamin-vitamian yang terlarut dalam lemak (A, D, E dan K). Dalam kaitan dengan pakan buatan, penggunaan lemak berpengaruh terhadap rasa dan terkstur pakan yang dibuat. Oleh karena itu, lemak mempunyai peranan dalam proses metabolism dan pertumbuhan ikan. Kandungan lemak makanan ikan berkisar 4-18%.

Karbohidrat merupakan zat sumber energi dan pada umumnya berasal dari tumbuhan yang pembentukannya melalui proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Dalam formulasi pakan, karbohidrat termasuk kelompok bahan ekstrak tanpa nitrogen (BENT). BENT mengandung karbohidrat, gula, pati dan sebagaian besar dari zat-zat yang digolongkan hemiselulosa dalam bahan makanan. Kadar karbohidrat dalam makanan ikan dapat berkisar antara 10-50%.

Refference :
- Djariyah, A.S. 1998. Membuat Pellet Pkan Ikan. Yogyakarta: Kanisius.
- Sahwan, M. F. 1999. Pakan Ikan dan Udang. Jakarta: Penebar Swadaya.
- Mudjiman, A. 1999. Makanan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.


Read More ..

Thursday 5 November 2009

Sanitasi dan Higiene

Sanitasi dan higiene merupakan persyaratan mutlak bagi industri pangan sebab sanitasi serta higiene berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan serta daya awet produk dan nama baik atau citra perusahaan.

Sanitasi pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari zat-zat yang menjadi penyebab penyakit dan juga bebas dari benda asing yang tidak bisa diterima. Kondisi tersebut meliputi kegiatan-kegiatan secara aseptik dalam penyimpanan, pengolahan dan pengemasan produk makanan, pembersih dan sanitasi pabrik serta lingkungan pabrik dan kesehatan pekerja. Sanitasi yang baik dalam industri bukan hanya terletak pada kebersihan bahan baku, peralatan, ruangan dan pekerja, tetapi juga dalam penanganan dan pembuangan limbah.

Perlengkapan Pekerja di Pabrik Perikanan

Higiene pekerja yang menangani makanan juga sangat penting peranannya dalam pencegahan perpindahan penyakit ke dalam makanan. Persyaratan bagi pekerja ini sangat penting (Jenie 1988) antara lain : kesehatan yang baik, kebersihan pekerja dan kemauan untuk mengetahui tentang sanitasi.

Pengawasan higiene pekerja dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan secara periodik, menjaga kebersihaan pekerja dan memberikan pendidikan mengenai prinsip-prinsip higiene personalia. Kebiasaan pekerja ketika sedang bekerja seperti membereskan rambut dan memegang bagian tubuh lain yang tidak mendukung higiene pekerja harus dihilangkan.

Fasilitas pencucian tangan harus tersedia dalam kamar ganti pakaian, kamar kecil, dapur dan daerah pelayanan makanan. Fasilitas seperti air pencucian berupa air hangat 43,33oC sampai 53,33 oC. Sabun-sabun aseptik seperti yang digunakan di rumah-rumah sakit harus tersedia dalam jumlah cukup. Demikian juga dengan handuk saniter atau alat pengering tangan atau lap sekali pakai.

Para pekerja tidak diperkenankan untuk merokok di daerah persiapan makanan, ruang makan dan daerah pencucian alat-alat makan. Disediakan daerah merokok tertentu dan setelah merokok, pekerja harus mencuci tangannya.

Reference:
- Jenie B S L. 1988. Sanitasi Dalam Industri Pangan. Bogor: Pusat Antara Universitas Pangan dan Gizi. IPB.
- Jenie B S L, Fardiaz S. 1989. Uji Sanitasi Dalam Industri Pangan. Bogor: Lembaga Sumberdaya Informasi. IPB.

Read More ..

Wednesday 4 November 2009

About Oze

Nama Lengkap: Muhamad Fauzi Ridwan (Oze)
Lokasi : Tasikmalaya, Indonesia
Sekul : Institut Pertanian Bogor
Interest : Baca, bloging, olahraga

Deskripsi kehidupan ku :
Kesederhanaan hidup selalu melekat dalam diriku. Selau berinovasi, kreatif dan mencoba sesuatu sehingga mampu menciptakan karya yang luar biasa. Itu sesuatu yang harus ada dalm diriku. Kemandirian dalam menjalani hidup, sabar dan bijak dalam menghadapi setiap masalah akan menjadi cita-cita yang segera akan digapai.

Moto hidup :
"Jika Anda tidak pernah dikritik, Anda akan seperti orang yang tidak pernah sukses." Malcolm X (1925-1965), pemimpin perjuangan kulit hitam Amerika Serikat (AS)

Support Me ?
If you want to support me (ozarea.blogspot.com), you can donate by one of the following method :

Indonesian Bank Account :

BRI-Darmaga
No Rek. 059501004679503
a/n : Muhamad Fauzi Ridwan

BNI-Darmaga
No Rek. 0109724748
a/n : Muhamad Fauzi Ridwan

Read More ..

Kolagen Ikan

Kolagen adalah serabut protein (fibril) yang mempunyai fungsi fisiologis yang unik, terdapat pada jaringan ikat pada kulit, tendon, tulang, kartilago, dan lain-lain (Wong 1989). Pada mamalia, burung, dan ikan, kolagen terdapat pada kulit, tendon, kartilago, tulang, dan jaringan ikat lain (Johns 1977). Keistimewaan struktur kolagen adalah panjang molekul fibril yang berbentuk koil, lebih panjang dari strukturnya yang berupa tiga rantai polipeptida yang berpilin bersama-sama membentuk struktur batang kaku dengan panjang 2,800Å dan diameter 15.3 Å (Privalov 1982).

Molekul dasar pembentukan kolagen disebut tropokolagen, yang mempunyai struktur batang dengan berat moleku (BM) 300,000, dimana di dalamnya terdapat tiga rantai polipeptida yang sama panjang, bersama-sama membentuk struktur heliks (Bennion 1980). Sedangkan menurut hasil penelitian Balian dan Bowes (1977), berat molekul kolagen 300,000 dengan panjang 2,800 Å dan diameter 15 Å.

Pemanasan kolagen secara bertahap akan meyebabkan struktur rusak dan rantai-rantai akan terpisah, lipatan menjadi koil random yang tidak memiliki struktur residual. Berat molekul, bentuk dan konfigurasi larutan kolagen sensitif terhadap perubahan temperatur yang dapat menghancurkan makromolekulnya. Proses denaturasi atau peluluhan struktur kolagen relatif lambat bila dibandingkan dengan protein lainnya. Hal tersebut mungkin berhubungan dengan reaksi isomerisasi cis-trans yang sangat lambat pada prolin yang banyak terdapat pada kolagen (Wong, 1989).

Kolagen dapat mengalami penyusutan jika dipanaskan diatas suhu penyusutan (Ts), suhu penyusutan kolagen berkisar antara 60-70 oC. Pada suhu tersebut memperpendek serat kolagen sepertiga atau seperempat dari panjang asalnya. Suhu penyusutan (Ts) kolagen ikan adalah 35 oC. Pemecahan struktur tersebut menjadi lilitan acak yang larut dalam air yang disebut dengan gelatin. Jika suhu dinaikan sampai 80 oC, kolagen akan berubah menjadi gelatin (deMan 1997).

Stabilitas thermal kolagen dinyatakan oleh titik laburnya yang tergantung pada kondisi lingkungan, pH pelarut, konsentrasi garam, penyebab denaturasi (denaturans), dan lain-lain. Stabilita struktur kolagen diperankan oleh residu hidroksiprolin yang dapat menambah jumlah ikatan hidrogen. Stabilitas kolagen sangat bergantung pada jumlah total asam aminonya (prolin dan hidroksiprolin) (Burge dan Hyness 1959; Piez 1960; dikutip oleh Privalov 1982).

Pada umumnya kolagen ikan mempunyai kandungan asam amino rendah dibandingkan kolagen mamalia, karena itu temperatur denaturasinya menjadi rendah. Penyediaaan kolagen cucut telah banyak dilakukan di luar negri, dan kolagen ini memiliki temperatur denaturasi rendah walaupun sifat-sifat lainnya serupa dengan kolagen vertebrata (Johns 1977). Kolagen ikan mempunyai komposisi beragam, dan kandungan prolin dan hidroksiprolin lebih sedikit dari kolagen mamalia, tetapi serin dan treonin lebih banyak (Balian dan Bowes 1977).

Reference :

- Wong, D. W. S. 1989. Mechanisme and Theory In Food Chemistry. New York : An AVI Book.
- Johns, P. 1977. The Structure and composition of Collagen Containing Tissues. Di dalam Ward, A. G dan A. Courts (ed). The Science and Technology of Gelatin. London : Academic Press.
- Privalov, P. L. 1982. Stability of Protein : Protein Which Do Not Present A Single Cooperative System. Di dalam Anfinsen, C. B., J.T. Edsall dan F. M. Richards (ed). Advances In Protein Chemistry. Vol. 35. New York : Academic Press.
- Bennion, M. 1980. The Science of Food. New York : John Whiley and Sons.
- Balian, G dan J. H. Bowes. 1977. The Structure and Properties of Collagen. Di dalam Ward, A. G dan A. Courts (ed). The Science and Technology of Gelatin. London : Academic Press.
- deMan, John. M. 1989. Kimia Makanan. Penerjemah Kosasih Padmawinata ITB. Bandung.

Read More ..